Jumat, 13 November 2009

KALIMAT EFEKTIF

PENGANTAR

Bahasa berfungsi sebagai alat komunikasi manusia dalam kehidupannya. Beragam gagasan yang ingin disampaikan di konsep terlebih dahulu dalam otak atau pikiran. Entah itu ide kreatif, sanggahan, basa-basi, emosi atau sasaran yang lain. Melalui bahasa, komunikasi akan berjalan dua arah sehingga timbul saling pengertian di antara dua pihak.

Setiap gagasan pikiran atau konsep yang dimiliki seseorang pada prakteknya harus dituangkan ke dalam bentuk kalimat. Kalimat yang baik pertama kali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Hal ini, berarti kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku. Namun, penguasaan bahasa itu tidak hanya mencakup persoalan kaidah-kaidah bahasa itu, seperti sintaksis misalnya, tapi juga mencakup aspek-aspek yang lain.

Aspek penguasaan bahasa itu meliputi penguasaan aktif sejauh kosakata bahasa, penguasaan kaidah-kaidah sintaksis secara aktif, mampu menemukan gaya yang paling cocok untuk mengemukakan gagasan, dan tingkat penalaran yang dimiliki seseorang.

Kalimat yang benar dan jelas dengan mudah dipahami orang lain secara tepat. Keefektifan sebuah kalimat menjadi persoalan bagaimana sebuah kalimat dapat secara tepat mewakili isi pikiran atau perasaan seseorang, dan bagaimana kalimat itu dapat disajikan secara segar, hidup, dan sanggup menarik perhatian pembaca atau pendengar terhadap apa yang dibicarakan. Hal ini berarti kalimat efektif harus disusun secara sadar untuk mencapai daya informasi yang diinginkan penggagas terhadap pembacanya.


  1. PENGERTIAN

  1. Kalimat efektif aadalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara tepat dan dapat dipahami secara tepat pula :

Contoh tidak efektif :

    1. diambil dari sebuah tiket bus.

    2. Diambil dari sebuah majalah.

Jika bus ini mengambil penumpang di luar agen supaya melaporkan kepada kami.


Kalimat ini kurang jelas maksudnya kamu ada bagian yang dihilangkan atau tidak sejajar. Siapakah yang diminta “supaya melaporkan kepada kami”, ternyata imbauan ini untuk para penumpang yang membeli tiket di agen. Jika demikian, kalimat ini perlu diubah menjadi

Jika bus ini mengambil penumpang-penumpang di luar agen, anda diharap melaporkannya kepada kami.


  1. Kalimat efektif adalah kalimat yang benar dan jelas sehingga dapat dengan mudah dipahami orang lain secara tepat.

Penjelasan :

Kalimat yang baik pertama kali haruslah memenuhi persyaratan gramatikal. Berarti, kalimat itu harus disusun berdasarkan kaidah-kaidah yang berlaku meliputi :

    1. Unsur-unsur penting yang harus dimiliki setiap kalimat.

    2. Aturan-aturan tentang EYD.

    3. Cara memilih kata dalam kalimat (diksi).

Kelengkapan unsure sebuah kalimat sangat menentukan kejelasan sebuah kalimat.

Oleh sebab itu, sebuah kalimat harus memilikipaling kurang subyek dan predikat. Kalimat yang lengkap ini harus ditulis sesuai dengan aturan-aturan EYD, kata-kata yang dipergunakan dalam membentuk kalimat tadi haruslah dipilih dengan tepat. Dengan demikian kalimat menjadi jelas maknanya.


  1. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mengungkapkan gagasan pemakainya secara lugas ( tidak berbelit-belit, tidak mengobral kata, dan tidak menimbulkan makna ganda ) sehingga isi atau maksud yang disampaikan oleh si pembaca dapat ditangkap secara tepat pula oleh si penerima.


  1. Kalimat efektif adalah kalimat yang memiliki kemampuan untuk mengungkapkan gagasan penulis sehingga pendengar atau pembaca dapat memahami gagasan yang terungkap dalam kalimat itu sebagaimana gagasan yang dimaksud oleh penulis.

  2. Kalimat efektif adalah kalimat yang dapat mewakili gagasan-gagasan pembicara / penulis secara tepat dan sanggup menimbulkan gagasan yang sama tepatnya dengan gagasan-gagasan pembicara / penulis itu dalam pikiran pendengar / pembaca.


  1. FUNGSI

  1. Untuk menghindari salah paham dalam komunikasi.

  2. Menghasilkan bahasa yang dihasilkan lebih hidup, segar, mudah ditangkap dan dipahami.

  1. CIRI-CIRI

Agar kalimat yang ditulis dapat memberi informasi kepada pembaca secara tepat seperti yang diharapkan oleh penulis, perlu diperhatikan beberapa hal yang merupakan cirri-ciri kalimat efektif, yaitu:

  1. Kesepadanan dan Kesatuan.

Syarat kalimat efektif haruslah mempunyai struktur yang baik. Artinya, kalimat itu harus memiliki unsure-unsur subyek dan predikat, atau bisa ditambah dengan obyek, keterangan, dan unsure-unsur subyek, predikat, obyek, keterangan, dan pelengkap, melahirkan keterpautan arti yang merupakan cirri keutuhan kalimat.

Contoh: Ibu menata ruang tamu tadi pagi.

S P Pel K

Dari contoh tersebut, kalimat ini jelas maknanya, hubungan antar unsur menjadi jelas sehingga ada kesatuan bentuk yang membentuk kepaduan makna. Jadi, harus ada keseimbangan antara pikiran atau gagasan dengan struktur bahasa yang digunakan.

Pada umumnya dalam sebuah kalimat terdapat satu ide yang hendak disampaikan serta penjelasan mengenai ide tersebut. Hal ini perlu ditata dalam kalimat secara cermat agar informasi dan maksud penulis mencapai sasarannya. Untuk mencapai maksud ini, ada cirri kesepadanan yang harus diperhatikan:


  1. Subyek dan Predikat.

Subyek di dalam kalimat merupakan unsure inti atau pokok pembicaraan. Subyek dapat kata atau kelompok kata. Kadang-kadang kata-kata yagn berfungsi sebagai kelompok kata ini didampingi oleh kata-kata lain yang tugasnya memperjelas subyek.

Predikat adalah kata yang berfungsi memberitahukan apa, mengapa, atau bagaiman subyek itu. Sedangkan obyek merupakan pelengkap predikat. Obyek hanya ada terdapat pada kalimat yang mempunyai predikat kata kerja.

Predikat (di, kepada, untuk, yang) yang ada sebelum subyek atau predikat tidak dapat dikatakan kedudukannya sebagai subyek atau predikat, karena fungsinya menjadi tidak jelas sehingga tak dapat dikatakan sebagai kalimat yang padu.

Contoh: - Kepada para mahasiswa diharap mendaftarkan diri di secretariat. (salah)

- Para mahasiswa diharapkan mendaftarkan diri di secretariat. (benar)

- Uang untuk memberi obat. (salah)

- Uang untuk memenuhi obat dipakai kakak. (benar)

  1. Kata penghubung intra kalimat dan antar kalimat.

Konjungsi intra kalimat adalah konjungsi yang menghubungkan kata dengan kata dalam sebuah frase atau menghubungkan klausa dengan klausa di dalam sebuah kalimat.

Contoh: - Kami semua bekerja keras, sedangkan dia hanya bersenang-senang. (disebut kalimat setara karena konjungsi berada diantara kedua klausa)

- Jika semua anggota bekerja sesuai dengan petunjuk, proyek ini akan berhasil dengan baik. (disebut kalimat majemuk bertingkat karena konjungsi berada sebelum anak kalimat atau di mukia klausasebelum anak kalimat).

Konjungsi kalimat yaitu konjungsi yang menghubungkan kalimat yang satu dengan kalimat yang lain di dalam sebuah paragraf.

Contoh : - Dia sudah berkali-kali tidak menepati janjinya padaku. Karena itu, aku tidak mempercayainya lagi.

  1. Gagasan pokok

Biasanya gagasan pokok diletakkan pada bagian depan kalimat. Jika hendak menggabungkan dua kalimat, maka harus ditentukan mana yang mengandung gagasan pokok yang menjadi induk kalimat.

Contoh : Ia ditembak mati ketika masih dalam tugas militer.

( induk kalimat )

  1. Penggabungan dengan “yang”, “dan”.

Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel “dan”, maka hasilnya kalimat majemuk setara. Jika dua kalimat digabungkan dengan partikel “yang” maka akan menghasilkan kalimat majemuk bertingkat, artinya kalimat itu terdiri dari induk kalimat dan anak kalimat.

  1. Penggabungan menyatakan “sebab” dan “waktu”.

Hubungan sebab dinyatakan dengan menggunakan kata “karena”, sedangkan hubungan waktu dinyatakan dengan kata “ketika” agar dicapai efektivitas komunikasi. Yang perlu diperhatikan adalah pilihan penggabungan hubungan waktu dan hubungan sebab harus sesuai dengan konteks kalimat.

  1. Penggabungan kalimat yang menyatakan hubungan artikel dan hubungan tujuan.

Dalam menggabungkan kalimat perlu dibedakan penggunaan partikel “sehingga” untuk menyatakan hubungan akibat, dan partikel “agar” atau “supaya” untuk menyatakan hubungan tujuan.

Contoh : - Semua peraturan telah ditentukan sehingga para mahasiswa tidak berdiri sendiri-sendiri.

      • Semua peraturan telah ditentukan agar para mahasiswa tidak bertindak sendiri-sendiri.


  1. Kesejajaran (Paralelisme)

Yang dimaksud paralelisme dalam kalimat ialah penggunaan bentuk-bentuk bahasa yang sama atau konstruksi bahasa yang sama yang dipakai dalam susunan serial. Jika sebuah gagasan dalam kalimat dinyatakan dengan frase. Jika sebuah gagasan dalam kalimat dinyatakan dengan kata benda (pe-an, ke-an) atau kerja (me-kan, di-kan), makna gagasan lain yang sederajat juga harus dinyatakan dengan kata benda atau kata kerja, sehingga dapat mendukung keefektifan kalimat.

Contoh : - Penyakit alzheimer alias pikun adalah satu segi usia tua yang paling mengerikan dan membahayakan sebab pencegahan dan pengobatannya tidak ada yang tahu.

      • George menimang mesra si cilik Welson, menyanyikan lagu, mengajak bicara, mengajak bercanda sampai keajaiban itu mulai timbul.


  1. Penekanan dalam kalimat

gagasan pokok atau misi yang ingin ditekankan oleh pembicara biasanya dilakukan dengan memperlambat ucapan, melirihkan suara, dan sebagainya pada bagian kalimat tadi. Dalam penulisan ada berbagai cara untuk memberikan penekanan yaitu :

    1. posisi dalam kalimat

Untuk memberikan penekanan dalam kalimat, biasanya dengan menempatkan bagian itu di depan kalimat. Pengutamaan bagian kalimat selain dapat mengubah urutan kata juga dapat mengubah bentuk kata dalam kalimat.

Contoh : - Salah satu indikator yang menunjukkan tak efesiennya Pertamina, menurut pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes adalah rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak.

- Rasio yang masih timpang antara jumlah pegawai Pertamina dengan produksi minyak adalah salah satu indikator yagn menunjukkan tidak efisiennya Pertamina. Demikian pendapat Prof. Dr. Herman Yohanes.

    1. Urutan yang logis

Sebuah kalimat biasanya memberikan sebuah kejadian atau peristiwa. Kejadian yang berurutan hendaknya diperhatikan agar urutannya tergambar dengan logis. Urutan yang logis dapat disusun secara kronologis, dengan penataan urutan yang makin lama makin penting atau dengan menggambarkan suatu proses.

Contoh : - Kehidupan anak muda itu sulit dan tragis.




    1. Pengulangan kata

Pengulangan kata dimaksudkan memberi penegasan pada bagian ujaran yang dianggap penting agar kalimat menjadi jelas.

Contoh : - Pembangunan dilihat sebagai proses yang rumit dan mempunyai banyak dimensi, tidak hanya berdimensi ekonomi tetapi juga dimensi politik, dimensi sosial, dan dimensi budaya.


  1. Kehematan

Kehematan yang dimaksud berupa kehematan dalam pemakaian kata, frase atau bentuk lainnya yang dianggap tidak diperlukan. Kehematan itu menyangkut soal gramatikal dan makna kata. Tidak berarti bahwa kata yang menambah kejelasan kalimat boleh dihilangkan. Berikut unsur-unsur penghematan yang harus diperhatikan:

    1. Frase pada awal kalimat

Contoh : sulit untuk menentukan diagnosa jika keluhan hanya berupa sakit perut, menurut para ahli bedah.

    1. Pengurangan subyek kalimat

Contoh: - Hadirin serentak berdiri setelah mereka mengetahui mempelai memasuki ruangan. (salah)

      • Hadirin serentak berdiri setelah mengetahui mempelai memasuki ruangan. (benar)

    1. Hiponimi

Dalam bahasa ada kata yang merupakan bawahan makna kata atau ungkapan yang lebih tinggi. Di dalam makna kata tersebut terkandung makna dasar kelompok makna kata yang bersangkutan.

Contoh: - Presiden Soeharto menghadiri Rapin ABRI hari senin lalu. (kata hari dapat dihilangkan).

      • Warna kuning dan warna ungu adalah warna kesayangan almarhum ibu. (kata warna dapat dihilangkan)

    1. Pemakaian kata depan “dari” dan “daripada”

Penggunaan “dari” dalam bahasa Indonesia dipakai untuk menunjukkan arah (tempat) asal (asal-usul) kata “dari” tidak dipakai untuk menyatajkan milik atau kepunyaan. Kata depan “daripada” berfungsi untuk membandingkan sesuatu benda atau hal satu dengan hal lainnya.

Contoh: - Anggota DPRD dari Jawa Barat sedang mengadakan kunjungan. (kata dari dapat dihilangkan)

      • Kalimat A lebih sukar dipahami daripada kalimat B.


  1. Kevariasian

Untuk menghindari kebosanan dan keletihan saat membaca, diperlukan variasi dalam teks. Ada kalimat yang dimulai dengan subyek, predikat atau keterangan. Ada kalimat yang pendek dan panjang.

a). Cara memulai

1. Subyek pada awal kalimat.

Contoh: - Bahan biologis menghasilkan medan magnetis dengan tiga cara.

  1. Predikat pada awal kalimat (kalimat inversi sama dengan susun balik)

Contoh: - Turun perlahan-lahan kami dari kapal yang besar itu.

  1. Kata modal pada awal kalimat

Dengan adanya kata modal, maka kalimat-kalimat akan berubah nadanya, yang tegas menjadi ragu tau sebaliknya dan yagn keras menjadi lembut atau sebaliknya.

Untuk menyatakan kepastian digunakan kata: pasti, pernah, tentu, sering, jarang, kerapkali, dan sebagainya.

Untuk menyatakan ketidakpastian digunakan : mungkin, barangkali, kira-kira, rasanya, tampaknya, dan sebagainya.

Untuk menyatakan kesungguhan digunakan: sebenarnya, sesungguhnya, sebetulnya, benar, dan sebagainya.

Contoh: - Sering mereka belajar bersama-sama.

b). Panjang-pendek kalimat.

Tidak selalu kalimat pendek mencerminkan kalimat yang baik atau efektif, kalimat panjang tidak selalu rumit. Akan sangat tidak menyenangkan bila membaca karangan yang terdiri dari kalimat yang seluruhnya pendek-pendek atau panjang-panjang. Dengan menggabung beberapa kalimat tunggal menjadi kalimat majemuk setara terasa hubungan antara kalimat menjadi lebih jelas, lebih mudah dipahami sehingga keseluruhan paragraf merupakan kesatuan yang utuh.

c). Jenis kalimat.

Biasanya dalam menulis, orang cenderung menyatakannya dalam wujud kalimat berita. Hal ini wajar karena dalam kalimat berita berfungsi untuk memberi tahu tentang sesuatu. Dengan demikian, semua yang bersifat memberi informasi dinyatakan dengan kalimat berita. Tapi, hal ini tidak berarti bahwa dalam rangka memberi informasi, kalimat tanya atau kalimat perintah tidak dipergunakan, justru variasi dari ketiganya akan memberikan penyegaran dalam karangan.

d). Kalimat aktif dan pasif.

Selain pola inversi, panjang-pendek kalimat, kalimat majemuk dan setara, maka pada kalimat aktif dan pasif dapat membuat tulisan menjadi bervariasi.

e). Kalimat langsung dan tidak langsung.

Biasanya yang dinyatakan dalam kalimat langsung ini adalah ucapan-ucapan yang bersifat ekspresif. Tujuannya tentu saja untuk menghidupkan paragraf. Kalimat langsung dapat diambil dari hasil wawancara, ceramah, pidato, atau mengutip pendapat seseorang dari buku.


  1. Koherensi yang baik dan kompak

Yaitu hubungan timbal-balik yang baik dan jelas antara unsur-unsur ( kata atau kelompok kata ) yang membentuk kata itu. Setiap bahasa memiliki kaidah-kaidah tersendiri bagaimana mengurutkan gagasan tersebut. Ada bagian-bagian kalimat yang memiliki hubungan yang lebih erat sehingga tidak boleh dipisahkan, ada yang lebih renggang kedudukannya sehingga boleh ditempatkan dimana saja, asal jangan disisipkan antara kata-kata atau kelompok-kelompok kata yang rapat hubungannya.

Hal-hal yang merusak koherensi :

a). Koherensi rusak karena tempat kata dalam kalimat tidak sesuai dengan pola kalimat.

b). Kesalahan menggunakan kata-kata depan, kata penghubung, dan sebagainya.

c). Pemakaian kata, baik karena merangkaikan dua kata yang maknanya tidak tumpang tidih, atau hakekatnya mengandung kontradiksi.

d). Kesalahan menempatkan keterangan aspek (sudah, telah., akan, belum, dan sebagainya) pada kata kerja tanggap.


V. SYARAT

1. Gramatikal

Kalimat yang efektif harus mengikuti kaidah-kaidah tata bahasa.


2. Pilihan kata

Untuk menyusun kalimat efektif,harus dipilih kata-kata yang tepat,seksama ( sesuai ) dan lazim. Dalam memilih kata-kata tersebut perlu diperhatikan pedoman-pedoman berikut ini:

a. Pemakaian kata bernilai rasa

Kata-kata yang bernilai rasa hendaknya dipilih secara cermat agar keefektifan penuturan dapat dicapai dengan sebaik-baiknya.

b. Pemakaian kata-kata /istilah asing

Ada kata-kata atau istilah asing yang sudah ada padanannya dalam bahasa Indonesia ,ada yang belum.Jika sudah ada padananya,bukan asingnya. Memakai kata-kata atau istilah asing yang hanya bermaksud megah atau gagah akan merugikan perkembangan bahasa Indonesia.

c. Pemakaian kata tutur

Kata tutur adalah kata yang hanya dipakai oleh pergaulan sehari-hari,terutama dalam percakapan,contoh : bilang, bikin, dikasih tahu, makanya, dan sebagainya. Dalam karya ilmiah ,pemakaian kata-kata tutur ini hendaknadihindarkan,karena termasuk kata-kata yang tidak baku.


d. Pemakaian kata bersinonim

Kata-kata bersinonim ada yang dapat saling menggantikan,ada yang tidak. Adapula kata-kata yang bersinonim yang pemakaiannya dibatasi oleh persandingan yang dilazimkan.Oleh karena itu, kita harus memilihnya secara cermat.



e. Pemakaian kata-kata konkret dan abstrak

Kata-kata konkret adalah kata-kata yang menunjuk kepada objek yang yang dapat dilihat,didengar,dirasakan,diraba,atau dibaui, sedangkan kata-kata abstrak adalah kata-kata yang menunjuk kepada sifat,konsep atau gagasan. Kata-kata kongkret lebih mudah dipahami daripada kata-kata abstrak

f. Pemakaian kata-kata umum dan khusus

Kata-kata umum adalah kata-kata yang luas lingkupnya, sedangkan kata-kata khusus adalah kata-kata yang sempit ruang lingkupnya. Makin umum,makin kabur gambarannya dalam angan-angan . Sebaliknya, makin khusus ,main jelas dan tepat. Oleh karena itu, untuk mengefektifkan penuturan lebih tepat dipakai kata-kata khusus daripada kata-kata umum.

g. Pemakaian Idiom

Kalimat yang cermat dalam diksinya sebaiknya sebaiknya bersifat idiomatik

h. Pemakaian kata yang lugas

Dalam karangan sebaiknya dipakai kata-kata yang lugas,yaitu kata yang bersahaja, apa dayanya,tidak berupa frase yang panjang.


3. Penalaran atau logika

Penalaran adalah prose berpikir yang berusaha untuk menghubungkan eviolensi-eviolensi menuju pada suatu kesimpulan yang masuk akal. Penguasaan kaidah-kaidah bahasa dan diksi yang tepat belum menentukan bahwa kalimat itu sudah efektif. Keefektifan kalimat didukung pula oleh jalan pikiran yang logis. Kalimat logis (masuk akal) dapat dipahami dengan mudah,cepat, dan tepat serta tidak menimbulkan salah paham.


4. Keserasian

Efektif tidaknya suatu bahasa ditentukan juga oleh faktor keserasian/kesesuaian yaitu serasi dengan pembaca/penulis dan cocok dengan pendengar/pembaca serta serasi dengan situasi dan kondisi bahasa yang dipergunakan.


VI. RAGAM DAN CONTOH

  1. Kalimat logis

Kalimat efektif harus logis,artinya harus sesuai denganpenalaran yang benar.Jika tidak,akan sulit untuk dipahami dan menimbulkan salah paham.

Contoh 1:

  1. Waktu kami persilahkan

  2. Dirgahayu Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-41

Bandingkan dengan kalimat:

(1a) Bapak Dekan kami persilahkan!

(1b) Waktu kami serahkan kepada Bapak Dekan

(2b) Dirgahayu Kemerdekaan RI.

(2b) Dirgahayu Negara Republik Kemerdekaan.

Catatan 1 :

Kalimat (1) dan (2) memang tidak logis. Ketidaklogisannya terlihat pada hubungan S dan P-nya.

Penjelasannya kalimat (1)

  1. Siapakah yang dipersilahkan oleh pembawa acara?

Jawabnya : Bapak Dekan,Bapak Camat, Saudara Ketua,dsb; bukan waktu.

  1. Apakah yang diserahkan kepada bapak Dekan?

Jawabnya : Waktu

Penjelasan kalimat (2)

Hari Ulang Tahun itu umurnya tidak mungkin lebih dari 24 jam. Kita boleh mengucapkan seruan “Selamat Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke -41; tetapi tidak boleh mengucapkan seruan “Semoga panjang umur (=dirgahayu) Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-41.


2. Kalimat tidak goyah

Contoh :

  1. Pelantikan Rektor IKIP Malang yang baru dilaksanakan di Gedung Sasana Krida.

  2. Itulah istri pak lurah yang baru.

Bandingkan dengan kalimat:

(1a) Pelantikan Rektor (yang) baru IKIP Malang diselenggarakan di Gedung Sasana Krida

(2a) Itulah istri (yang) baru Pak Lurah.

Catatan:

  1. Kalimat (1) dapat menimbulkan pertanyaan:

Rektorkah yang baru? Atau

IKIP-nyakah yang baru?

Demikian juga kalimat (2) dapat menimbulkan pertannyaan:

Istri-kah yang baru? Atau

Pak Lurah-nya yang baru?

Jika yang dimaksudkan memang Rektor dan istri, maka keterangan yang baru harus didekatkan pada induknya, yaitu kata yang diterangkan itu. Disamping dengan mendekatkan keterangan pada induknya, dapat juga menggunakan tanda hubung (-).Jadi ,dapat dituliskan sebagai berikut:

Itulah istri –Pak Lurah yang baru.(yang baru adalah istrinya)

Itulah istri Pak Lurah –yang baru.(yang baru adalah Pak Lurahnya).


  1. Kalimat Hemat

Contoh :

    1. Nama dari (daripada) majalah sekolahnya ialah Suluh Pelajar.

    2. Kia wajib menghormati terhadap hak-hak asasi manusia.

Bandingkanlah dengan kalimat:

  1. Nama majalah sekolah saya ialah Sulur Pelajar.

  2. Kita wajib menghormati hak-hak asasi manusia.

Catatan 1:

  1. Kata tugas dari/daripada yang menyatakan keterangan milik (kepunyaan) tidak perlu dipakai.

  2. Kata tugas terhadap tidak perlu dipakai sebab kata kerja transitif menghormati dapat diikuti secara langsung oleh obyek penderita hak asasi manusia.


Pada contoh 1 diatas yang dihematkan adalah kata tugasnya.

Perhatikanlah contoh-contoh lain berikut ini !

Penelitian ini bertujuan (untuk) mendeskripsikan sistem morfologi kata kerja bahasa Tengger.

(Mengenai) program kelompok belajar paket A telah berkembang dengan baik.

Mahasiswa harus memahami (akan) pentingnya buku bagi pengembangan dan peningkatan (daripada) ilmu pengetahuan.

Pola alamiah (dari) suatu kerangka karangan biasanya berdasarkan (atas) urutan-urutan kejadian, tempat, atau ruang.

Karena itu, (maka) dia tidak ikut bermain-main.


  1. Kalimat sejajar

Contoh lain :

      1. Ahmad berpeluk-pelukan seharusnya, Ahmad dan Hasan berpeluk-pelukan.

      2. Tutik memetiki serangkai bunga seharusnya, Tutik memetik setangkai bunga.

Panjelasan kalimat (1) kata berpeluk-pelukan barmakna saling peluk yang seharusnya pelaku harus lebih dari satu, maka agar kalimat tersebut memiliki kesejajaran maka subyeknya harus diubah. Kata memiliki pada kalimat (2) bermakna berulang-ulang yang tentunya tidak dapat diterapkan dalam serangkai bunga. Agar memiliki kesejajaran makna, predikat atau obyeknya perlu diubah.

Contoh :

  1. Langkah-langkah tersebut adalah memahami, manghayati, dan pengalaman.

  2. Sesudah mamahami dan menghayati, pancasila harus diamalkan.


Bandingkan dengan kalimat:

(1a) Langkah-langkah tersebut adalah memahami menghayati , dan mengamalkan.

(1b) Langkah-langkah tersebut adalah pemahaman, penghayatan, dan pengamalan.

(2a) Sesudah dipahami dan dihayati, Pancasila harus diamalkan.

(2b) Sesudah memahami dan menghayati, kita harus mengamalkannya.

Catatan :

Pada kalimat (1) dan (2) terdapat ketidaksejajaran bantuk tentang gagasan-gagasan yang sederajat. Pada kalimat (1) gagasan-gagasan yang sederajat adalah memahami dan menghayati, dan kata benda pengalaman; sedangkan pada kalimat (2) gagasn-gagasan yang sederajat adalah kata kerja men(N)- maemahami dan menghayati , dan kata kerja pasi diamalkan. Agar sebuah kalimat menjadi efektif gagasan-gagasan yang sederajat harus dinyatakan dengan bentuk yang sama. Jelasnya, jika dalam sebuah kalimat suatu gagasan dinyatakan dengan kata kerja men(N)- gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan kata kerja men(N)- juga. Demikian juga jika suatu gagasan dinyatakan dengan kata benda (misalnya bentuk pe(N)-an, per-an, atau ke-an), gagasan lain yang sederajat harus dinyatakan dengan kata benda. Jadi, kalimat (1a), (1b), (2a), dan (2b) memiliki kesejajaran bentuk.


  1. Kalimat Rancu

Contoh :

      1. Dia sudah menyadari akan kesalahannya.

      2. Mereka sedang mendiskusikan tentang P4.

Bandingkanlah dengan kalimat :

1a) Dia sudah sadar akan kesalahannya.

1b) Dia sudah menyadari kesalahannya.

2a) Mereka sedang mendiskusikan tentang P4.

2b) Mereka sedang mendiskusikan P4.

Catatan :

Kalimat 1 dan 2 adalah kalimat rancu yang terjadi dalam perancuan kalimat akti intransitive dan kalimat aktif transitif. Kalimat tersebut dapat dicermatkan dengan mengembalikan ke kalimat asalnya. Kalimat (1) dapat dijadikan kalimat aktif intransitive dengan mengubah kata kerja aktif transitif menyadari menjadi kata kerja aktif transitive sadar (lihat kalimat (1a)!) atau dijadikan kalimat aktif transitif dengan menghilangkan kata depan akan (lihat kalimat (1b)!). kalimat (2) dapat dijadikan kalimat aktif intransitive dengan mengubah kata kerja aktif transitif mendiskusikan menjadi kata kerja aktif intransitive berdiskusi (lihat kalimat (2a)!); atau dijadikan kalimat aktif transitif dengan menghilangkan kata depan tentang (lihat kalimat (2b)!).


  1. Kalimat Ambigu

Adalah kalimat yang mendua atau bermakna ganda. Kalimat demikian tidak efektif karena dapat menimbulkan salah paham.

Contoh :

Ia juara lomba pidato yang pertama di IKIP PGRI .

Agar tak ambigu :

Ia juara pertama lomba pidato di IKIP PGRI atau ia juara lomba pidato yang pertama di IKIP PGRI.

Untuk menghilangkan keambiguan dapat disisipkan kata untuk, oleh, dan kepada.


VI. SIMPULAN (SARAN DAN PENDAPAT)

Setelah kami mempelajari hal-hal yang berkaitan dengan kalimat efektif, ternyata tidak mudah untuk memilih pilihan kata yang tepat, sehingga membuat kalimat yang kita gunakan bisa menjadi lebih efektif. Dengan memperhatikan syarat-syarat untuk membuat kalimat efektif seperti gramatikal, pilihan kata, penalaran, dan keserasian, yang syarat-syarat tersebut harus diterapkan untuk menyusun kalimat yang efektif. Sehingga kita dapat mengetahui kalimat mana yang lebih efektif untuk digunakan dalam situasi tertentu.

Saran kami, agar tugas Dasar-Dasar Menulis yang membahas tentang kalimat efektif ini dapat dimanfaatkan semaksimal mungkin oleh pembaca. Sehingga pembaca dapat mengerti apa saja syarat-syarat yang diperlukan untuk membentuk suatu kalimat efektif.







DAFTAR PUSTAKA



Akhadiah, Sabarti, dkk. 1988. Pembinaan Kemampuan Menulis Bahasa Indonesia. Jakarta : Erlangga.

Keraf, Gorys. 1980. Komposisi. Ende : Nusa Indah.

2000. Petunjuk Praktis Berbahasa Indonesia. Jakarta : Pusat Bahasa.

Tidak ada komentar:

Searching