Jumat, 13 November 2009

Prinsip Komunikasi

PRINSIP-PRINSIP KOMUNIKASI


Pada dasarnya, prinsip-prinsip komunikasi seperti halnya fungsi dan definisi komunikasi, mempunyai uraian yang beragam sesuai dengan konsep yang dikembangkan oleh masing-masing pakar. Istilah prinsip oleh William B. Gudykunst disebut asumsi-asumsi komunikasi. Larry A.Samovar dan Richard E.Porter menyebutnya karakteristik komunikasi. Sedangkan Deddy Mulyana, Ph.D membuat istilah baru yaitu prinsip-prinsip komunikasi. Terdapat 12 prinsip komunikasi yang dikatakan sebagai penjabaran lebih jauh dari definisi dan hakekat komunikasi antara lain:

Prinsip 1 : Komunikasi adalah suatu proses simbolik.

Komunikasi adalah sesuatu yang bersifat dinamis, sirkular dan tidak berakhir pada suatu titik, tetapi terus berkelanjutan. Misalnya saja, manusia adalah satu-satunya makhluk yang menggunakan lambang. Menurut Susanne K. Langer: salah satu kebutuhan pokok komunikasi manusia adalah kebutuhan simbolisasi atau penggunaan lambang. Lambang atau simbol adalah sesuatu yang digunakan untuk menunjuk sesuatu lainnya berdasarkan kesepakatan sekelompok orang. Lambang meliputi kata-kata (pesan verbal), perilaku nonverbal, dan obyek yang maknanya disepakati bersama, misalnya mengibarkan bendera putih dalam situasi perang menandakan pihak tersebut menyerah. Lambang adalah salah satu kategori tanda. Lambang menjembatani hubungan antara manusia dengan objek (mulyana, 2005:84).

Prinsip 2 : Setiap perilaku mempunyai potensi komunikasi
Setiap orang tidak bebas menilai, pada saat orang tersebut tidak bermaksud mengkomunikasikan sesuatu, tetapi dimaknai oleh orang lain maka orang tersebut sudah terlibat dalam proses berkomunikasi. Gerak tubuh, ekspresi wajah (komunikasi non verbal) seseorang dapat dimaknai oleh orang lain menjadi suatu stimulus. Sehingga kita tidak bisa tidak berkomunikasi. Kita selalu berkomunikasi bahkan ketika kita berpikir bahwa kita tidak sedang berkomunikasi atau tidak ingin berkomunikasi. Bahkan diam-pun bisa berarti sesuatu, akan tetapi ini tidak berarti bahwa semua perilaku adalah komunikasi. Komunikasi baru tercipta ketika seseorang memberi makna pada perilaku orang lain atau perilakunya sendiri. Misalnya saja seorang mahasiswa duduk paling belakang di kelas dengan wajah tanpa ekspresi dan tatapan kosong. Meskipun mahasiswa tersebut berkata bahwa ia sedang tidak berkomunikasi dengan dosen atau dengan mahasiswa lain tetapi dari perilaku mahasiswa tersebut jelas-jelas tersirat bahwa dia tidak tertarik dengan materi di kelas, karena itu ia melamun atau ingin kelas segera bubar.
Mungkin implikasi terbesar dari prinsip bahwa komunikasi itu adalah hal yang tidak terelakkan adalah bahwa kita perlu untuk sebisa mungkin belajar mengontrol, menggunakan seefektif mungkin segala macam aspek perilaku kita karena segala sesuatu mengenai diri kita itu mengkomunikasikan baik disadari atau pun tidak. Selain itu tidak hanya kata-kata yang kita ucapkan tetapi juga dari cara kita berpakaian, cara kita berjalan, cara kita mengeluh, cara kita berterima kasih, cara kita melakukan kontak mata atau menghindari kontak mata mengkomunikasikan semuanya.
Jika kita berharap untuk sebisa mungkin memahami orang lain, kita perlu memperhatikan pesan dan makna yang tidak secara jelas dikirimkan oleh mereka seperti pesan yang terkirim dari baju, gerakan tubuh, kontak mata bahkan diam (Devito, 1989:24)

Prinsip 3 : Komunikasi punya dimensi isi dan hubungan
Setiap pesan komunikasi mempunyai dimensi isi dimana dari dimensi isi tersebut, kita bisa memprediksi dimensi hubungan yang ada diantara pihak-pihak yang melakukan proses komunikasi. Percakapan diantara dua orang sahabat, antara dosen dan mahasiswa di kelas berbeda memiliki dimesi isi yang berbeda.




Dimensi itu sendiri dibagi menjad dua, yaitu:

a. Dimensi isi (verbal), menunjukkan muatan (isi) komunikasi, yaitu apa yang dikatakan.

b. Dimensi hubungan (nonverbal), menunjukkan bagaimana cara mengatakannya yang juga mengisyaratkan bagaimana seharusnya pesan itu ditafsirkan.

Oleh karena itu, isi yang sama bisa bermakna berbeda jika disampaikan dengan cara yang berbeda. Misalnya seorang dosen berkata pada mahasiswanya ”temui saya sesudah kelas bubar” dengan ”tolong nanti sehabis kuliah kita ketemu di ruang dosen”. Isinya sama tetapi dari cara penyampaiannya yang berbeda bisa menghasilkan makna berbeda. Yang pertama mungkin karena diucapkan dengan nada tinggi kita bisa menebak apa yang akan terjadi nanti, mungkin mahasiswa akan kena marah.
Dalam komuniaksi massa, pemilihan jenis media adalah dimensi hubungan (the medium is the message).


Prinsip 4 : Komunikasi itu berlangsung dalam berbagai tingkat kesengajaan.
Setiap tindakan komunikasi yang dilakukan oleh seseorang bisa terjadi mulai dari tingkat kesengajaan yang rendah, artinya tindakan komunikasi yang tidak direncanakan (apa saja yang akan dikatakan atau apa saja yang akan dilakukan secara rinci dan detail), sampai pada tindakan komunikasi yang betul-betul disengaja (pihak komunikan mengharapkan respon dan berharap tujuannya tercapai)

Prinsip 5 : Komunikasi terjadi dalam konteks ruang dan waktu.

Pesan komunikasi yang dikirimkan oleh pihak komunikan baik secara verbal maupun non-verbal disesuaikan dengan tempat, dimana proses komunikasi itu berlangsung, kepada siapa pesan itu dikirimkan dan kapan komunikasi itu berlangsung.

Prinsip 6 : Komunikasi melibatkan prediksi peserta komunikasi.

Tidak dapat dibayangkan jika orang melakukan tindakan komunikasi di luar norma yang berlaku di masyarakat. Jika kita tersenyum maka kita dapat memprediksi bahwa pihak penerima akan membalas dengan senyuman, jika kita menyapa seseorang maka orang tersebut akan membalas sapaan kita. Prediksi seperti itu akan membuat seseorang menjadi tenang dalam melakukan proses komunikasi.

Prinsip 7 : Komunikasi itu bersifat sistemik
Dalam diri setiap orang mengandung sisi internal yang dipengaruhi oleh latar belakang budaya, nilai, adat, pengalaman dan pendidikan. Bagaimana seseorang berkomunikasi dipengaruhi oleh beberapa hal internal tersebut. Sisi internal seperti lingkungan keluarga dan lingkungan di mana dia bersosialisasi mempengaruhi bagaimana dia melakukan tindakan komunikasi.

Ada dua sistem dasar dalam transaksi komunikasi :
a. Sistem Internal adalah seluruh sistem nilai yang dibawa oleh seorang individu ketika ia memasuki suatu situasi komunikasi. Sistem Internal mengandung semua unsur yang membentuk individu yang unik (kepribadian, intelegensia, pengetahuan, agama, dll) yang pada dasarnya tersembunyi.
b. Sistem Eksternal terdiri dari unsur-unsur dalam lingkungan di luar individu, termasuk kata-kata yang ia pilih untuk berbicara, isyarat fisik peserta komunikasi, kegaduhan di sekiatarnya, penataan ruangan, cahaya dan temperatur ruangan.

Prinsip 8 : Semakin mirip latar belakang sosial budaya semakin efektiflah komunikasi.
Jika dua orang melakukan komunikasi berasal dari suku yang sama, pendidikan yang sama, maka ada kecenderungan dua pihak tersebut mempunyai bahan yang sama untuk saling dikomunikasikan. Kedua pihak mempunyai makna yang sama terhadap simbol-simbol yang saling dipertukarkan. Kenyataannya, tidak pernah ada individu yang sama persis. Bahkan anak yang kembar identik dan dibesarkan di tempat yang sama-pun tidak akan mempunyai state of mind yang sama persis. Namun kesamaan dalam hal-hal tertentu seperti umur, suku, bahasa, tingkat pendidikan akan mendorong suatu proses komunikasi berlangsung lebih efektif.

Prinsip 9 : Komunikasi bersifat nonsekuensial.
Proses komunikasi bersifat sirkular, dalam arti tidak berlangsung satu arah. Akan tetapi melibatkan respon atau tanggapan sebagai bukti bahwa pesan yang dikirimkan itu diterima dan dimengerti.

Prinsip 10 : Komunikasi bersifat prosesual, dinamis dan transaksional
Konsekuensi dari prinsip bahwa komunikasi adalah sebuah proses adalah komunikasi itu dinamis dan transaksional. Ada proses saling memberi dan menerima informasi diantara pihak-pihak yang melakukan komunikasi.

Prinsip 11 : Komunikasi bersifat irreversible
Setiap orang yang melakukan proses komunikasi tidak dapat mengontrol sedemikian rupa terhadap efek yang ditimbulkan oleh pesan yang dikirimkan. Komunikasi tidak dapat ditarik kembali, jika seseorang sudah berkata menyakiti orang lain, maka efek sakit hati tidak akan hilang begitu saja pada diri orang lain tersebut. Sifat irreversible ini adalah implikasi dari komunikasi sebagai suatu proses yang selalu berubah. Prinsip ini setidaknya menyadarkan kita bahwa kita harus berhati-hati dalam mengirimkan suatu pesan kepada orang lain karena efeknya tidak bisa ditiadakan sama sekali meskipunkita sudah berusaha meralatnya

Prinsip 12 : Komunikasi bukan panasea untuk menyelesaikan berbagai masalah.
Banyak persoalan dan konflik antarmanusia disebabkan oleh masalah komunikasi. Namun komunikasi itu sendiri bukanlah obat mujarab (panasea) untuk menyelesaikan persoalan atau konflik itu, karena persoalan atau konflik tersebut mungkin berkaitan dengan masalah struktural. Esensi dari konflik harus tetap dicari dan diselesaikan. Misalnya konflik antara GAM dan pemerintah tidak akan pernah selesai walaupun pemerintah sudah berusaha melakukan komunikasi seefektif mungkin apabila pemerintah tidak memenuhi janjinya untuk mensejahterakan rakyat di daerah tetapi terus menerus hanya mengeruk kekayaan daerah guna memperkaya pusat.

3 komentar:

Miss Chelia Alba mengatakan...

makasiih.. sangat membantu

Unknown mengatakan...

Maksih kak

Heni Dwi lestari mengatakan...

Makasih

Searching